Sabtu, 04 Desember 2010

artikel Tentang Anak Yatim




1. Aku dan pengasuh anak yatim (kelak) di surga seperti dua jari ini. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
(Rasulullah Saw. menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya).
2. Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Majah)
3. Aku dan seorang wanita yang pipinya kempot dan wajahnya pucat bersama-sama pada hari kiamat seperti ini (Nabi Saw menunjuk jari telunjuk dan jari tengah). Wanita itu ditinggal wafat suaminya dan tidak mau kawin lagi. Dia seorang yang berkedudukan terhormat dan cantik namun dia mengurung dirinya untuk menekuni asuhan anak-anaknya yang yatim sampai mereka kawin (berkeluarga dan berumah tangga) atau mereka wafat. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
4. Harta-benda anak yatim tidak terkena zakat sampai dia baligh. (HR. Abu Ya'la dan Abu Hanifah)
5. Tidak disebut lagi anak yatim bila sudah baligh. (HR. Abu Hanifah)
6. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)

7. Barangsiapa menjadi wali atas harta anak yatim hendaklah diperkembangkan (diperdagangkan) dan jangan dibiarkan harta itu susut karena dimakan sodaqoh (zakat). (HR. Al-Baihaqi)

BERSYUKURLAH DENGAN MEMBANTU ANAK YATIM
Hampir setiap malam sang istri memohon pada Allah seperti ini,”Ya Allah aku tidak ingin mempercepat apa yang Engkau lambatkan dan aku juga tidak ingin memperlambat apa yang Engkau segerakan.Berilah aku kesabaran berlebih di dalam menjalani ujianMu kali ini.Kuserahkan diriku,hartaku dan agamaku padaMu.”
Ini secuil kisah dari sebuah keluarga kecil,yang kebetulan mendapat ujian dari Allah.Dari ujian keburukan hingga ujian kebaikan.Kesabaran dan sifat qanaah dari mereka,menghantarkan mereka dalam keimanan yang semakin baik kepada Allah.Ketika itu anak-anak mereka masih kecil-kecil,sang ayah mendapat cobaan kehilangan pekerjaan tetapnya.Hari demi hari,bulan demi bulan dilewati dengan hidup seadanya.Tanpa penghasilan sang ayah,anak-anak terpaksa makan seadanya,tidak bisa merasakan susu,tidak pernah merasakan daging,yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan si anak.
Sampai suatu ketika sang ayah berhasil mendapat pekerjaan dengan gaji sebesar Rp 700.000. Ini merupakan rahmat Allah meski semua orang tahu jumlah ini sebenarnya amat kecil untuk bisa digunakan hidup cukup dalam satu keluarga selama sebulan,apalagi harga kebutuhan yang serba mahal. Namun pasangan suami istri ini begitu bersyukur atas rezeki yang Allah berikan pada mereka. Setidaknya anak-anak mereka mulai bisa sedikit demi sedikit merasakan susu yang amat diperlukan oleh seorang anak.
Tiga bulan sudah sang ayah bekerja,sungguh benar bahwa janji Allah tidak pernah melesat sedikitpun bagi siapa saja yang mensyukuri nikmatNya. Sang ayah mendapatkan kenaikan gaji menjadi Rp 1.000.000.Pasangan suami istri ini makin memperbaiki rasa syukurnya pada Allah.Bukan sekedar alhamdulilah di lisan dan hati mereka.Tetapi berusaha juga untuk menyisihkan sebagian pendapat mereka untuk zakat dan sedekah.Mereka bukan ahli ibadah,juga bukan termasuk orang yang baik pengetahuan agamanya.Tetapi ada satu surat dalam Al-quran yang mereka tahu,dan mereka ingin mengamalkannya pada kehidupan mereka.Al-Maun..
“Tahukah kamu orang yang mendustai agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,maka celakalah orang yang shalat,yaitu orang yang lalai terhadap sholatnya,yang berbuat ria,dan enggan memberi bantuan.” [Al-Maun 1-7]
Suatu hari sang istri meminta ijin pada suaminya untuk membantu biaya sekolah 1 anak yatim,dan ternyata mendapat ijin.Tiga bulan berlalu,tiba-tiba Allah melipatkan rezeki keluarga ini. Sang suami mendapat kenaikan gaji lagi menjadi Rp 1.300.000.Si istri berpikir jika Allah begitu mudah dan murah memberi rizkiNya,mengapa saya tidak? Karena itu si istri memohon ijin pada suaminya lagi untuk menambah jumlah anak yatim yang dibantu menjadi 3 anak. Dan tiga bulan berikutnya Allah menukar kembali semua uang yang telah dikeluarkan keluarga ini. Keluarga ini mampu menyisihkan sebagian uang mereka padahal mereka sendiri amat membutuhkan untuk anak-anak mereka. Sungguh benar firman Allah bahwa sedekah itu ibarat sebutir padi yang berubah menjadi 7 bulir,yang tiap-tiap bulirnya ada 100 biji.Allah tidak tidur,Allah melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang memberi pinjaman pada Allah.
Ujian kebaikan keluarga ini menjadi pelajaran berharga,betapa sedekah yang dikeluarkan ikhlas karena mencari ridho Allah benar-benar mendapat balasan berlipat-lipat.Bukan hanya materi tetapi juga ketentraman keluarga,kesehatan anak-anak,rezeki barokah,yang walaupun nilai uangnya kecil tetapi Allah selalu cukupkan untuk hari-hari mereka. Bukankah uang yang banyak jika tidak barokah akan menguap kemana-mana,tidak jelas penggunaannya,banyak terbuang untuk hal yang sia-sia,dan sering menyebabkan buah hati bahkan diri kita sendiri langganan sakit…
Menyantuni anak yatim bukan sekedar memberikan bantuan materi yang mereka butuhkan tetapi juga meringankan beban yang dipikul oleh seorang janda,yang terpaksa harus mencari nafkah untuk anak-anaknya.Siapa orangnya yang membantu mengangkat beban orang lain yang sedang kesulitan,maka Allah akan bantu mengangkat beban orang tsb.
Saudaraku semuslim,mari petik hikmah dari kisah ini,jika mereka yang berpenghasilan sedikit bisa menyantuni anak yatim,mengapa kita tidak? Bukan besarnya penghasilan yang menjadi tolak ukur bisa/tidak seseorang membantu anak yatim/fakir miskin,akan tetapi kesadaran untuk membagi rezeki yang telah Allah berikan pada kita,dimana didalamnya terdapat hak-hak anak yatim dan orang miskin.Cintai anak yatim & duafa, maka Allah akan mencintai kita..

PAHALA MEMBANTU TETANGGA DAN ANAK YATIM
Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, “Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?”
Jawab yang lain, “Enam ratus ribu.”
Lalu ia bertanya lagi, “Berapa banyak yang diterima ?”
Jawabnya, “Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq.”

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya.
Jawab orang itu, “Muwaffaq.”

Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, “Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?”
Jawab Muwaffaq, “Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.

Jawab jiranku, “Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu.”
Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke

rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.

“Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku.” Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahwa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.
Rasulullah ada ditanya, “Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga.”
Jawab Rasulullah, “Jadilah kamu orang yang baik.”
Orang itu bertanya lagi, “Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahwa aku telah berbuat baik?”

Jawab Rasulullah, “Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat.”

Anak Yatim Penuh Derita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar